Jumat, 05 April 2013

Andai HARI INI aku DIMAKAMKAN



Hari ini aku mati,
Perlahan....Tubuhku ditutup tanah.
Perlahan....Semua pergi meninggalkanku....
 
Masih terdengar jelas langkah2 terakhir mereka,
Aku sendirian, Ditempat gelap yang tak pernah terbayang
Sendiri....Menunggu pertanyaan malaikat.....
Belahan hati, belahan jiwa pun pergi
Apalagi sekedar kawan dekat atau orang lain.
Aku bukan siapa2 lagi bagi mereka...
 
Sanak keluarga menangis, Sangat pedih,
Akupun demikian,Tak kalah sedih...
Tetapi aku tetap sendiri,
Disini menunggu perhitungan.
Menyesal sudah tak mungkin,
Tobat tak lagi dianggap,
Dan maaf pun tak bakal didengar
Aku benar2 harus sendiri...
 
Ya Allah...Jika engkau beri aku satu lagi kesempatan,
Jika Engkau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu,
Untuk aku perbaiki diriku, 
Aku ingin memohon maaf pada mereka....
Yang selama ini telah merasakan zalimku,
Yang selama ini sengsara karena aku,
Tersakiti karena aku....
 
Aku akan kembalikan jika ada harta kotor ini yang telah kukumpulkan...
Yang bahkan kumakan,
Ya Allah beri lagi aku beberapa hari milik-Mu
Untuk berbakti kepada Ayah dan Ibuku tercinta....
Teringat kata2 kasar dan keras yang menyakitkan hati mrk
Maafkan aku Ayah dan Ibu, mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangmu.....
 
Beri juga Ya Allah aku waktu untuk berkumpul dengan keluargaku, Menyenangkan sadara2ku
Untuk sungguh2 beramal sholeh
 
Aku sungguh ingin bersujud dihadapanMu lebih lama lagi...
Begitu menyesal diri ini
Kesenangan yang pernah kuraih dulu,
Tak ada artinya sama sekali...
 
Mengapa kusia2kan waktu hidup yang hanya sekali itu...?
Andai aku bisa putar ulang waktu itu....
 
Aku dimakamkan hari ini,
Dan ketika semua menjadi tak termaafkan
Dan ketika semua menjadi terlambat,
Dan ketika aku harus sendiri...
Untuk waktu yang tak terbayangkan sampai yaumul hisab dan dikumpulkan di Padang Mashar....
 
01 Mei 2012
Puisi Almarhum Remy Soetansyah (Wartawan Senior)
Wafat 30 Oktober 2012 

Rabu, 03 April 2013

3 a.p.r.i.l in memoriam

Duhai kekasih hati
Kugubahkan nasyid ini
Sebagai tanda cinta suci
Dalam naungan Ilahi

Hari demi hari
Bersamamu kulewati
Dalam suka dalam duka
Dalam meniti ridloNya

Ikrarkan bersama
Untuk tetap dijalanNya
Bahtera rumah tangga
Tladankan rasul muia

Didik putra-putri
Sebagai amanah Ilahi
Bekali akhlak Imani
Jadikan mukmin sejati
Insya Allah..



g.a.i.d.a.n 2 bulan-an




















Senin, 01 April 2013

g.a.i.d.a.n 2 minggu-an









A : Aku tidak menyukai istriku lagi!
B : Pulang dan cintailah dia.

A : Anda tidak mengerti ttg aku, aku sudah tidak punya perasaan itu lagi.
B : Pulang dan cintailah dia.

A : Tetapi secara emosi aku berarti tidak jujur kalau aku memperlakukan istriku seperti itu, padahal aku tidak merasakannya.
B : Apakah menurutmu Ibumu mencintaimu?

A : Tentu saja (dengan mantap)
B : Kira-kira 1 minggu setelah ibumu pulang dari Rumah Sakit & membawamu pulang, dan kamu menangis menjerit-jerit di tengah malam karena popokmu basah dan dia terpaksa bangun walau tubuhnya masih sangat letih, berjalan di lantai yang dingin tanpa alas kaki untuk mengganti popokmu dan menyusuimu.
Apakah menurutmu dia sungguh-sungguh­­­ menikmati itu semua?

A : Tidak (menunduk)
B : Kalau begitu. Apakah Ibumu secara emosi juga tidak jujur?
Ukuran besarnya cinta bukan karena dia menikmati mengganti popok di tengah malam, melainkan karena ibumu RELA melakukan itu semua meski dia tidak begitu menyukain­ya.

Pernikahan tidak hanya didasari perasaan Cinta, lebih dari itu yaitu KOMITMEN.
Saat pertama seseorang menikahi istrinya pasti karena cinta, tetapi cinta yang menggebu-gebu akan padam seiring dengan berjalannya waktu.

Hanya Komitmen yang membuat Cinta menggebu-gebu menjadi Cinta yang matang dan dewasa.

Ust Aidil Heryana